“Hayya ‘alal jihad… hayya ‘alal jihad…!!!"
Tepat Jam 00.00
Apa gerangan yang dia lakukan???
Laki-laki itu tampak sibuk menyiapkan peralatan,
Tambang, belati, senapan kecil, beberapa pakaian.
Dia masukkan dalam ransel merah bergaris hitam.
Dia berdiri
Mata teduhnya mengitari kamar yang sebentar lagi akan dia tinggalkan.
Oooo... Dia ternyata sedang berfikir.
Apa gerangan bekal yang tertinggal.
Tangan kukuhnya mengambil sebuah kotak berwarna biru tua berhias pita biru bercorak silver.
Dia membukanya,
Sebuah al-qur’an kecil bersampul merah maroon.
Dia mengecup al-qur’an itu sambil memejamkan matanya.
Namun tiba-tiba mata itu mengeluarkan cairan bening hingga membasahi mushaf mungil yang masih menempel dibibirnya.
Entah apa yang dia pikirkan.
Namun... Bibirnya bergerak mengucap sesuatu,
Mungkin sebuah do’a tulus.
Punggungnya berguncang beberapa saat.
Berkelebat memori beberapa tahun lalu.
Seseorang yang memberikan mushaf kecil merah maroon itu.
Sosok itu berkata padanya melalui sepucuk surat bersampul putih.
Akhi…
Saat ini aku belum bisa menemani perjalanan hidupmu. Oleh kerana itu, izinkanlah mushaf usang ini menjadi salah satu bekalmu ketika Rabb kita memilih jiwamu untuk menjadi tentera-NYA. Ku harap mushaf ini menjadi saksi kesyahidan mujahidiin di negeri terjajah sana. Jika kau bertemu Rabb kita katakana pada-NYA ‘Jadikan aku sebagai tenteraNYA pula, meski aku seorang hawa.
Akhi…
Bergembiralah karena ada makhluk langit terindah yang sedang menunggumu, menunggu kehadiranmu. Makhluk yang Rabb kita sediakan untuk orang-orang yang berjuang untuk deen ini, dialah HURUN’INmu” (BIDADARI) .
Sekali lagi punggungnya bergoncang.
Namun bibir itu tersenyum.
Kerana sebentar lagi citanya akan tercapai.
Apa yang dikatakan sosok itu akan tergapai.
Janji kepada Rabbnya akan tertunaikan.
Gumamnya “mana ada orang tua yang menikahkan putrinya dengan pemuda yang berusia pendek”.
Hal ini memang sering terjadi seperti di Palestian sana. Kemudian…
Kepalanya tertunduk.
Teringat sosok lembut yang selama ini mengasuhnya,
Beberapa hari lalu,
melalui saluran selular
Sosok lembut itu tersedu.
Berharap permata hatinya mengurungkan niatnya.
Oohh Bonda...
ini adalah perpisahan sementara, permata hatimu menginginkan perjumpaan yang kekal, tiada kehidupan yang kekal selain disyurga-NYA.
Sungguh kita tidak akan berpisah untuk selamanya, percayalah.
Lain dengan sosok perkasa selain dirinya dirumahnya
Yang menjadi teman sejawatnya
Berangkatlah nak...
Jangan pedulikan kami, Ayah yakin Tuhan kita akan meredhaimu. Jadilah pejuang islam yang akan memenangkan deen ini.
Juga... Saudara-saudaranya...
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, tunjukilah kepadaku suatu amal yang dapat menandingi jihad." Rasulullah menjawab, "Saya tidak mendapatkannya". Kemudian beliau berkata, "Apakah kamu sanggup ketika mujahid pergi untuk berperang lantas kamu masuk masjid sehingga kamu melaksanakan solat tanpa merasa letih dan berpuasa tanpa berbuka hingga dia kembali?". Sahabat menjawab, "Siapa yang sanggup melakukan hal itu?". (HR. Bukhari, 6/2785).
Berharap yang sama seperti sosok lembut itu.
Saudaranya yang dikasihinya.
Yang selama ini menjadi penyemangat hidupnya.
Yang selama ini dia topang.
Dia menjadi tulang punggung keluarganya.
Hingga pukul 01.00 dini hari.
Mata teduhnya belum juga terpejam.
Hati putihnya berucap takbir, hamdalah dan tahlil.
Menunggu shahabat perjuangnya menjemputnya.
“Wahai saudaraku tunggulah kedatanganku, kita harumkan tubuh kita dengan keringat dan peluh jihad menempel disekujur tubuh. Kita selamatkan dunia ini dengan senjata. Ini adalah pengorbanan tertinggi kita, ini adalah perniagaan yang menguntungkan. Berjuanglah hingga badan dan kepala terpisah. Tunggulah para Syuhada dan Anbiya inshaAllah kita akan berjumpa, dan izinkanlah aku melihat wajah-MU wahai kekasih ku”.
Pukul 03.00
Dari luar terdengar ketukan pintu.
Laki-laki bermata teduh itu bangkit dan menyambut tamu itu.
Ternyata itulah yang ditunggu-tunggu dirinya,
5 orang laki-laki gagah yang merupakan sahabat seperjuangannya.
Mereka berpelukan
Katanya”mari kita berangkat”. Wahai sahabat...
Laki-laki bermata teduh itu telah pergi.
Menyambut seruan Rabbnya.
Cita-cita yang selama ini.
Dia impikan telah tercapai.
Dia memenuhi seruan saudaranya yang terluka dan terhina.
Dia akan mengembalikan izzah kaum muslimin di negeri Baghdad.
Sungguh I’dad yang selama ini dia lakukan bersama sahabatnya tidaklah sia-sia,
Rabbnya telah memenuhi janjinya.
Sehari sebelum keberangkatannya,
dia layangkan sepucuk surat pada sosok yang membekali dirinya dengan al-quran bersampul merah maroon itu. Katanya “Ke Baghdad aku meminang bidadari, ku harap kau berada diantaranya”.
Selamat berjuang wahai saudaraku...
Redha Tuhanmu menyertaimu.
Ku tunggu berita kesyahidanmu. ALLAHU AKBAR yaa Rijal!!!
ALLAH Azza Wa Jalla berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (iaitu) Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.”
(QS 61:10-12).