25 November 2010

UKHTI... IZINKANKU MENGKHITBAHMU...


Ukhti...

Kami hanya sesusuk lelaki biasa yang ingin cuba menjadi luar biasa dengan menjaga pandangan hanya untuk wanita yang akan menemani perjuangan kami. Meski kadang mata ini tak mampu untuk menahan kerana syaitan yang terus mengganggu kami, maka kami ingin segera menghilangkan syaitan ini dari mata kami. Maka Ukhti, izinkan kami mengkhitbahmu.

Ukhti...

Kami memang bukanlah seorang lelaki sejati bak seorang Ali R.A, tapi kami berusaha untuk memegang janji seperti Ali R.A, kami akan mendedahkan cinta kami selepas menikahimu. Maka izinkanku mengkhitbahmu.

Ukhti...

Kami begitu terpesona dengan keindahanmu. Maka kami akan begitu bangga bila kami ikut menjaga kehormatanmu bila kau mahu menjaga kehormatanmu. Tak kau buka auratmu selain pada mahrammu, kau kibarkan jilbabmu, menandakan kau tulus menjaga kehormatanmu. Maka ukhti, izinkanku mengkhitbahmu.
 
Ukhti...

Kami ingin menjaga kesucianmu sebagai seorang muslimah. Kami tidak redha bila hawa nafsu akan hadir di antara kita yang membawa kita pada hujung maksiat. Dari khalwat bahkan jangan sampai terbuai zina. Naudzubillah... Maka ukhti, izinkanku mengkhitbahmu.

Ukhti...

Kami ingin membentengi diri kami dari kemaksiatan. Hingga tak ada masa lagi kami memikirkan maksiat bila kau ada untuk menjaga diri kami dari setiap langkah kami menuju ladang kehinaan. Maka ukhti, izinkanku mengkhitbahmu.

Ukhti...

Kami ingin menanam benih perhiasan dunia padamu. Kerana kami yakin, pasangan kami adalah isteri yang solehah. Tentu kau pun tahu, perhiasan terindah di dunia ini adalah wanita sholehah, yang akan membuat kami selesa dan tenteram. Maka ukhti, izinkan ku mengkhitbahmu.

Izinkan kami ya ukhti untuk mengkhitbahmu, agar setelah itu kita boleh menjalankan Sunnah Rasulullah Alaihi Wasallam iaitu MENIKAH.

Tak ada lagi daya upaya kami untuk berusaha menjaga setiap langkah ibadah kami, supaya engkau mahu berjuang bersama-sama kami.

Maka bukalah sayapmu, jangan kau tutup kesempatan kami dengan alasan-alasan yang tak mampu kami terima. Kami ingin membentengi diri dan tentu membentengi dirimu dari perangkap syaitan.

Ukhti... 

Izinkanku mengkhitbahmu, 
lalu kita siarkan sunnah Rasul, sampai menuju Jannah-Nya.

AKHI... KU TUNGGU PINANGANMU...


Akhi...

Tak ingin kami termangu dalam penantian panjang, hanya menunggu engkau untuk menjemput kami. Kadangkala kami menangis tersedu,mengingat usia yang kian mendekati masa di mana pesona kian memudar. Kami takut bila engkau tak besegera, kami tak mampu menahan waktu atas-Nya. Maka datangilah waliku akhi... Ku tunggu pinanganmu.

Akhi...

Jangan engkau puja puji kami bila pujianmu hanyalah janji-janji yang tak menentu. Hanya membuatku terlena dan terbuai hingga kami lupa bahwa kita sedang bermaksiat. Kau puji diriku,tapi kau hanya ingin membuatku tersenyum dan makin terbuai rayuanmu. Tidak... Tidak akhi, kami ingin kau puji setelah kau halal bagiku. Maka datangilah waliku akhi. Ku tunggu pinanganmu... Akhi...

Akhi...

Tak akan kami langgar iffah ku dengan ajakan khalwat dari mu. Engkaupun sebenarnya tau, hal itu hanya akan menimbulkan badai kelabu yang membuat kita tak berdaya karna pihak ketiga yang tak lain syaitan yang ada di dekat kita. Maka datangilah waliku akhi... Ku tunggu pinanganmu.

Akhi...

Jagalah sikapmu pada kami, maka akan kami jaga sikapku padamu, kami lemah akan sanjunganmu. Kecintaan ini ingin kami persembahkan kelak untuk suami, cinta nan kasih ini yang akan kami tuai untuk mencari ke ridhaaan suami kelak. Jadi bagaimana mungkin kami mencinta pada hal yang tidak halal bagi kami, tentu Allah tak akan pernah ridha pada kami. Maka datangilah waliku akhi... Ku tunggu pinanganmu.

Akhi...

Jilbabku untuk melindungi kehormatan kami, santun kami untuk menjaga iffah. Jangan kau lenakan kami agar kami lepas kehormatan di hadapanmu sebelum engkau halal bagi kami. Kami ingin engkau ikut menjaga kehormatan kami dengan menjaga kami, bukan malah membawa pada kenistaan. Agar kau mampu menjaga kami secara utuh. Maka, datangilah waliku akhi... Ku tunggu pinanganmu.

Akhi...

Kami memang tak sesempurna Aisyah dalam kecerdasannya ataupun Fatimah dengan kelembutannya. Tapi kami akan berusaha cerdas layaknya Aisyah dalam naunganmu dan kami akan berusaha selembut Fatimah dalam menenangkanmu. Maka datangilah waliku akhi... Ku tunggu pinanganmu.

Akhi...

Kau memang tak sehebat Ali ataupun sekuat Umar, tapi kau akan menjadi hebat layaknya Ali ketika kau menjaga kami dalam kelemahan kami dan kau akan sekuat Umar agar kami tidak selalu menjadi tulang yang bengkok. Kami butuh imam yang bisa menjaga keimanan, bukan yang mebawa kami pada jurang maksiat. Maka datangilah waliku akhi... Ku tunggu pinanganmu.

Sungguh, kami memang tidak mampu menahan kala kami jatuh hati, tapi kami tak akan menunjukkan pesona kami hanya kerana cinta yang menuntut nafsu pada keramahan syaitan pada kami. Bukanlah jatuh cinta bila kau ajak kami pada kemaksiatan. Bila kau memang jatuh cinta pada kami, jangan kau bebankan deritamu pada hati yang akan memuntutmu untuk berbuat nista. Izinkan kami menjaga hatimu, agar kita bisa menjelang bersama Jannah-Nya. Maka datangilah waliku akhi... Ku tunggu pinanganmu.

"Jika engkau memiliki cinta

Dan telah terdorong dengan kerinduan

Maka anggaplah jarak perjalanan itu dekat

Kerana kecintaan dan kerelaanmu pada penyeru

Ketika mereka menyeru..!!

Maka katakanlah, kami penuhi panggilanmu.

Seribu kali dengan sempurna

Janganlah kau berpaling

Hanya kerana melihat gerimis

Jika engkau melihatnya "( Fii Zilalil Mahabbah )"
sumber:web

24 November 2010

SEGENGGAM GARAM...

Suatu pagi, seorang anak muda yang dirundung malang bertemu seorang tua yang bijaksana.

Langkah anak muda itu longlai dan air mukanya kelihatan pucat tidak bermaya serta seperti orang yang tidak bahagia. Tanpa membuang masa, anak muda itu menceritakan semua masalahnya. Impiannya tidak tercapai dan gagal dalam kehidupan dan percintaan sambil Pak Tua yang bijak itu mendengarnya dengan teliti dan saksama.


Dia kemudian mengambil segenggam garam dan meminta anak muda itu mengambil segelas air. Dia menabur garam itu ke dalam gelas sebelum mengacaunya dengan sudu.

"Cuba, minum ini dan katakan bagaimana rasanya...", ujar Pak Tua itu.
"Masin sampai pahit, pahit sekali," jawab anak muda itu sambil meludah ke sisinya sedangkan Pak Tua itu tersenyum melihat telatah tamunya.

Kemudian, dia mengajak tetamunya itu untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan berhampiran tempat tinggalnya. Mereka berjalan beriringan dan akhirnya sampai ke tepi perigi yang tenang itu.

Pak Tua itu menabur segenggam garam ke perigi itu dan menggunakan sepotong kayu untuk mengacau dan mencipta riak air yang mengusik ketenangan telaga itu.

"Cuba ambil air dari telaga ini, dan minumlah"
. Sebaik anak muda itu selesai meneguk air, Pak Tua berkata: "Bagaimana rasanya?"
"Segar."
sahut tamunya.

"Apakah kamu rasa masin garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.

Pak Tua menepuk punggung anak itu lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di tepi telaga itu.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah umpama segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu akan diasaskan daripada perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita.
 
Jadi, saat kamu rasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai persekitaran hidup yang luas. Kamu akan banyak belajar daripadanya," katanya.

Pak Tua itu terus memberikan nasihat dengan berkata: "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu merendam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Lalu, kedua-duanya pulang. Mereka sama-sama belajar pada hari itu. Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan 'segenggam garam' untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

23 November 2010

"MAKCIK, SAYA DATANG HENDAK MEMBERITAHU..."

Pada setiap petang Jumaat, selepas solat Jumaat, selepas melayani para jamaah di Masjid, Imam dan putera lelakinya yang berumur 11 tahun akan keluar ke bandar untuk mengedarkan risalah bertajuk “Jalan Ke Syurga” dan juga menyampaikan ceramah agama.

Pada petang Jumaat itu, seperti biasa Imam dan putera lelakinya akan keluar untuk mengedarkan risalah. Bagaimanapun pada petang tersebut keadaan di luar rumah sangat sejuk dan hujan pula turun dengan sangat lebat.

Budak itu memakai baju sejuk dan baju hujan dan berkata, “OK ayah, saya sudah bersedia”.

Ayahnya berkata, “Bersedia untuk apa?”.

Budak itu menjawab, “Ayah, masa telah tiba untuk kita keluar mengedarkan buku-buku tentang Islam ini”.

Ayahnya membalas, “Anakku, di luar sana sangat sejuk dan hujan lebat pulak”.

Dengan muka yang kehairanan, budak itu bertanya ayahnya, “Tetapi ayah, adakah manusia tidak masuk neraka jika hari hujan?”

Ayahnya menjawab, “Anakku, Ayah tak akan keluar dengan cuaca begini.”.

Dengan nada sedih, budak itu bertanya, “Ayah, boleh tak benarkan saya pergi?”.

Ayahnya teragak-agak seketika, kemudian berkata, “Anakku, awak boleh pergi. Bawalah buku ini semua dan berhati-hati” .

Kemudian, budak itu telah keluar dan meredah hujan. Budak sebelas tahun ini berjalan dari pintu ke pintu dan lorong-lorong sekitar bandar. Dia memberikan risalah dan buku kepada setiap orang yang ditemuinya.


Setelah dua jam berjalan dalam hujan, akhirnya tinggal hanya satu naskhah padanya. Ketika itu dia telah basah kuyup dan berasa sejuk hingga ke tulang. Budak itu berhenti di satu penjuru jalan sambil mencari seseorang untuk diberikan buku tersebut. Namun keadaan di situ lengang. Kemudian dia berpatah balik ke rumah pertama yang dia lalu di lorong itu. Dia berjalan di kaki lima menuju ke rumah tersebut. Bila sampai di pintu hadapan, dia menekan suis loceng namun tiada sesiapa yang membuka pintu. Dia tekan lagi dan lagi, tetapi masih tiada jawapan. Dia tunggu lagi tetapi masih tiada jawapan.

Akhirnya dia berpaling untuk meninggalkan rumah tersebut, tetapi seperti ada sesuatu yang menghalangnya.
Dia kembali ke pintu itu dan menekan lagi suis loceng dan buat pertama kalinya mengetuk pintu dengan kuat.
Dia tunggu, kemudian seperti sesuatu di anjung rumah itu menghalangnya supaya jangan pergi. Dia menekan suis loceng sekali lagi dan kali ini dengan perlahan pintu dibuka.

Berdiri di hadapan pintu itu seorang perempuan tua yang berwajah kesedihan. Dengan perlahan perempuan tua itu bertanya, “Apa yang boleh saya bantu awak, wahai budak?”.

Dengan senyuman serta mata yang bersinar yang boleh menyinarkan bumi, budak itu berkata, “Makcik, saya mohon maaf kalau saya telah mengganggu makcik. Saya hanya ingin memberitahu bahawa Allah sangat sayang dan sentiasa melindungi makcik. Saya datang ini hendak memberikan sebuah buku yang terakhir ada pada saya ini. Buku ini menerangkan semua tentang Tuhan, tujuan sebenar Tuhan menjadikan kita dan bagaimana untuk mencapai kebahagiaan daripada-Nya” .

Kemudian, budak itu menyerahkan buku terakhir itu dan berpaling untuk balik. Sebelum berjalan balik, perempuan itu berkata, “Terima kasih ya anak dan semoga Tuhan memberkatimu” .

Selepas solat Jumaat pada minggu berikutnya, Imam menyampaikan ceramah agama seperti biasa.
Dia menamatkan ceramahnya dengan bertanya, “Ada sesiapa yang ingin bertanya soalan atau ingin berkata sesuatu?”.

Dengan perlahan, di barisan belakang di kalangan tempat duduk muslimat, suara seorang perempuan tua kedengaran di speaker, “Tiada di kalangan jemaah yang berkumpul ini mengenali saya. Saya tidak pernah hadir sebelum ini. Sebelum hari Jumaat yang lepas, saya belum lagi memeluk agama Islam bahkan tidak terfikir langsung untuk memeluknya. Suami saya telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, meninggalkan saya sebatang kara, saya benar-benar keseorangan di dunia ini.”

Pada petang Jumaat yang lepas, ketika cuaca sejuk dan hujan lebat, saya telah bertekad untuk membunuh diri kerana sudah putus harapan untuk hidup. Jadi saya mengambil seutas tali dan sebuah kerusi lalu menaiki loteng di rumah saya. Saya ikat tali tersebut dengan kuat pada kayu palang di bumbung rumah kemudian berdiri di atas kerusi, hujung tali satu lagi saya ikat di sekeliling leher saya.

Sambil berdiri di atas kerusi, saya berasa benar-benar keseorangan, patah hati. Saya hampir-hampir hendak melompat tiba-tiba loceng pintu berbunyi di tingkat bawah dan saya tersentak. Saya berfikir untuk menunggu sebentar, dan pasti orang itu akan pergi. Saya tunggu dan tunggu, tetapi bunyi loceng semakin kuat dan bertubi-tubi. Kemudian orang yang menekan suis loceng itu, mengetuk pintu pula dengan kuat.

Saya berfikir sendirian lagi “Siapalah di muka bumi ini yang boleh buat begini? Tiada siapa pernah tekan suis loceng itu atau nak berjumpa dengan saya”. Saya longgarkan tali ikatan di leher dan kemudian pergi ke pintu hadapan. Ketika itu bunyi loceng kuat dan semakin kuat.

Bila saya buka pintu dan lihat, sukar untuk dipercayai oleh mata saya, di anjung rumah saya itu berdiri seorang budak yang sangat comel yang bersinar wajahnya seperti malaikat, tidak pernah saya jumpa sebelum ini di dalam hidup saya.

Budak itu tersenyum. Oh! Saya tidak dapat hendak gambarkan kepada anda semua. Perkataan yang keluar daripada mulutnya menyebabkan hati saya yang telah lama mati tiba-tiba hidup semula, seruan budak itu seperti suara bayi yang sangat comel. “Makcik, saya datang hendak memberitahu bahawa Allah sangat menyayangi dan sentiasa melindungi makcik”. Kemudian dia memberikan kepada saya sebuah buku bertajuk “ Jalan Ke Syurga” yang saya sedang pegang ini.

Bila “malaikat kecil” itu telah pulang meredah sejuk dan hujan, saya menutup pintu dan membaca dengan perlahan setiap perkataan yang tertulis di dalam buku tersebut. Kemudian saya naik semula ke loteng untuk mendapatkan semula tali dan kerusi. Saya tak perlukannya lagi.

Oleh sebab di belakang buku ini ada tertera alamat tempat ini, saya sendiri datang ke masjid ini ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan. Tuhan kepada budak kecil yang telah datang tepat pada waktunya,
yang dengan demikian telah terhindar jiwa saya daripada keabadian di dalam neraka.

Ramai yang berada di dalam masjid ketika itu menitiskan air mata. Mereka melaungkan TAKBIR… ALLAH HU AKBAR… Gemaan takbir bergema di udara. Imam iaitu ayah kepada budak itu turun dari mimbar pergi ke barisan hadapan di mana “malaikat kecil” itu sedang duduk.

PERNAH ADA...?


1] Orang yang mencintai kamu tidak pernah mampu memberikan alasan kenapa dia mencintai kamu. Yang dia tahu di hati dan matanya hanya ada kamu satu-satunya.

2] Walaupun kamu sudah memiliki teman istimewa atau kekasih, dia tidak peduli! Baginya yang penting kamu bahagia dan kamu tetap menjadi impiannya.

3] Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya, di hati dan matanya kamu selalu yang tercantik walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah bertambah.

4] Orang yang mencintai kamu selalu ingin tahu tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, dia ingin tahu kegiatan kamu.

5] Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan SMS seperti ‘Selamat Pagi’, 'Selamat Hari Minggu’, ‘Selamat Tidur’, ‘Take Care’, dan lain-lain lagi, walaupun kamu tidak membalas SMS-nya, kerana dengan kiriman SMS itulah dia menyatakan cintanya, menyatakan dalam cara yang berbeza, bukan “aku CINTA padamu”, tapi berselindung ayat selain kata cinta itu.

6] Jika kamu menyambut hari tahun dan kamu tidak mengundangnya ke majlis yang kamu adakan, setidak-tidaknya dia akan menelefon untuk mengucapkan selamat atau mengirim SMS.

7] Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang dia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah melupakannya, kerana saat itu ialah sesuatu yang berharga untuknya. Dan saat itu, matanya pasti berkaca, kerana saat bersamamu itu tidak bisa berulang selalu.

8] Orang yang mencintai kamu selalu mengingati setiap kata-kata yang kamu ucapkan, bahkan mungkin kata-kata yang kamu sendiri lupa pernah mengungkapkannya, kerana dia menyematkan kata-katamu di hatinya, berapa banyak kata-kata penuh harapan yang kau tuturkan padanya, dan akhirnya kau musnahkan? Pasti kau lupa, tetapi bukan orang yang mencintai kamu.

9] Orang yang mencintai kamu akan belajar menggemari lagu-lagu kegemaran kamu, bahkan mungkin meminjam CD milik kamu, kerana dia ingin tahu apa kegemaran kamu - kesukaan kamu kesukaannya juga, walaupun sukar meminati kesukaan kamu, tapi akhirnya dia berjaya.

10] Kalau kali terakhir kalian bertemu kamu mungkin sedang selesema, atau batuk-batuk, dia akan sentiasa mengirim SMS atau menelefon untuk bertanya keadaan kamu - kerana dia bimbangkan tentang kamu, peduli tentang kamu.

11] Jika kamu mengatakan akan menghadapi ujian, dia akan tanyakan bila ujian itu berlangsung, dan saat harinya tiba dia akan mengirimkan SMS ‘good luck’ untuk memberi semangat kepada kamu.

12] Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa, tetapi baginya barang itu sangat istimewa.

13] Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat, ketika sedang bercakap di telefon dengan kamu, sehingga kamu menjadi bingung. Sebenarnya saat itu dia merasa sangat gugup kerana kamu telah menggegarkan dunianya.

14] Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada dekat dengan kamu dan ingin menghabiskan hari-harinya hanya dengan kamu.

15] Jika suatu saat kamu harus pindah ke daerah lain, dia akan sentiasa memberikan nasihat agar kamu waspada dengan persekitaran yang boleh membawa pengaruh buruk kepada kamu. dan jauh dihatinya dia benar-benar takut kehilangan kamu, pernah dengar ‘jauh di mata, jauh di hati?’

16] Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.

17] Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal-hal yang SENGAL seperti menelefon kamu 100 kali dalam masa sehari. Atau mengejutkan kamu di tengah malam dengan mengirim SMS. Sebenarnya ketika itu dia sedang memikirkan kamu.

18] Orang yang mencintai kamu kadang-kadang merindukan kamu dan melakukan hal-hal yang membuat kamu pening kepala. Namun ketika kamu mengatakan tindakannya itu membuat kamu terganggu dia akan minta maaf dan tak akan melakukannya lagi.

19] Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan melakukannya dengan sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia! Bahkan dia begitu gembira kerana dapat membantu kamu. Dia tidak pernah mengelak dari menunaikan permintaan kamu walau sesukar mana permintaanmu.

20.Kalau kamu melihat handphonenya maka nama kamu akan menghiasi sebahagian besar INBOX-nya. Dia masih menyimpan SMS-SMS dari kamu walaupun ia kamu kirim berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu. Dia juga menyimpan surat-surat kamu di tempat khas dan segala pemberian kamu menjadi benda-benda berharga buatnya.

21] Dan jika kamu cuba menjauhkan diri daripadanya atau memberi reaksi menolaknya, dia akan menyedarinya dan menghilang dari kehidupan kamu, walaupun hal itu membunuh hatinya.

22] Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan dia akan ada menunggu kamu kerana sebenarnya dia tak pernah mencari orang lain. Dia sentiasa menunggu kamu.

23] Orang yang begitu mencintaimu, tidak pernah memaksa kamu memberinya sebab dan alasan, walaupun hatinya meronta ingin mengetahui, kerana dia tidak mahu kamu terbeban dengan karenahnya. Saat kau pinta dia berlalu, dia pergi tanpa menyalahkan kamu, kerana dia benar-benar mengerti apa itu cinta.

P/s: Pernah adakah orang yang berbuat seperti di atas kepada kamu? Jika ada, jangan pernah mensia- siakan orang tersebut… Kamu akan menyesal melakukannya.

DUA PULUH SEN...

Beberapa tahun dahulu, ada seorang Imam yang berasal dari Thailand telah dipanggil ke Malaysia untuk menjadi Imam tetap di sebuah masjid di Malaysia. Telah menjadi kebiasaan Imam tersebut selalu menaiki bas untuk pergi ke masjid.

Pada suatu hari, selepas Imam tersebut membayar tambang dan duduk di dalam bas, dia tersedar yang pemandu bas tersebut telah memulangkan wang baki yang lebih daripada yang sepatutnya sebanyak 20 sen.


Sepanjang perjalanan Imam tersebut memikirkan tentang wang 20 sen tersebut.

"Perlukah aku memulangkan 20 sen ni?" Imam tersebut bertanya kepada dirinya.

"Ah... syarikat bas ni dah kaya... setakat 20 sen ni.. nak beli tosei pun tak cukup," kata Imam tersebut.

Apabila tiba di hadapan masjid, Imam tersebut menekan loceng dan bas tersebut pun berhenti.

Ketika Imam tersebut ingin turun sahaja daripada bas, tiba-tiba seakan-akan dirinya secara automatik berhenti dan berpaling ke arah pemandu bas tersebut sambil memulangkan wang 20 sen tersebut.

"Tadi kamu beri saya wang baki terlebih 20 sen", kata Imam tersebut kepada pemandu bas tersebut.

"Owh... terima kasih! Kenapa awak pulangkan 20 sen ni... Kan sedikit je nilainya," pemandu bas tersebut berkata.

Imam tersebut menjawab, "Wang tersebut bukan milik saya, sebagai seorang muslim saya perlu berlaku jujur."

Pemandu bas tersebut tersenyum, dan berkata, "Sebenarnya saya sengaja memberi wang baki yang lebih sebanyak 20 sen ni, saya nak uji kejujuran kamu wahai Imam. Saya sudah berkali-kali berfikir untuk memeluk Islam."

Imam tersebut turun dari bas dan seluruh jasadnya menggigil dan kesejukan. Imam tersebut berdoa sambil menadah tangan, "Astaghfirullah!!! Ampunkan daku Ya Allah... Aku hampir-hampir menjual harga sebuah Iman dengan 20 sen!!!"

Sahabat-sahabatku sekalian...

Apa yang anda dapat daripada peristiwa di atas? Ingatlah.. kita mungkin tidak melihat dan tahu kesan tindakan kita terhadap orang lain. Kadang-kadang manusia akan menganggap kita sebagai tingkap untuk melihat ke dalam dunia Islam.

Sesungguhnya pada diri Rasulullah s.a.w. itu terdapat contoh teladan yang baik.

MULUT-MULUT MANUSIA...


Alkisah dalam satu riwayat menceritakan bagaimana pada suatu hari Luqman Hakim telah memasuki sebuah pasar dengan menaiki seekor baghal, manakala anaknya pula mengikut dari belakang.

Melihat tingkah laku Luqman itu,sesetengah orang yang berdiri di pinggir jalan pun berkata, "Lihat orang tua itu yang tidak bertimbang rasa. Dia sedap-sedap duduk menaiki baghalnya sedangkan anaknya pula dibiarkan berjalan kaki."

Setelah mendengarkan kata-kata yang kurang sedap dari orang ramai maka Luqman pun turun dari baghalnya itu lalu diletakkan anaknya di atas baghal itu dan kembali berjalan.

Melihat yang demikian, maka sesetengah orang di pasar itu berkata pula, "Sungguh biadap budak itu. Orang tuanya dibiarkan berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki baghal itu."

Sebaik sahaja mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang baghal itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian sesetengah orang ramai pula berkata lagi, "Lihat dua orang itu menunggang seekor baghal,alangkah siksanya baghal itu membawa beban yang berganda."

Oleh kerana tidak suka mendengar percakapan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari baghal itu dan menyambungkan perjalanannya, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, "Ada baghal tetapi tuannya berjalan kaki. Alangkah bodohnya!"

Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihati anaknya tentang sikap manusia dan telatah mereka, katanya, "Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah S.W.T sahaja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu."

21 November 2010

BERUDU DALAM LOPAK DI BALIK RUMPUT...

Bismillahirrahmanirahhim...
Alhamdulillah, sambutan aidiladha beberapa hari lepas berjalan baik. Harap kalian juga begitu hendaknya. Moga penghijrahan kita ke arah membentuk pengorbanan yang lebih ikhlas akan mendapat keredhaan-Nya. AMIN=)

Tatkala ini, hati saya benar2 teruja. Mengingat kembali 'hobi dan minat' yang satu masa dulu telah pun dilupakan. Memoir yang kerap kali dikaitkan dengan masa hujan. Zaman kanak2 yang penuh keriangan. Tiap kali lebatnya hujan turun, acap kali itu jugalah saya bersama2 memeriahkan suasana kehebatan hujan tersebut. Tambahan pula, saya tinggal di kawasan kejiranan, tidak sukar untuk saya memiliki teman sepermainan.

Bermain hujan memang aktiviti bersama kami selalunya, terutama lewat hujung tahun apabila tibanya musim tengkujuh. Kebiasaannya, kawasan perumahan saya akan mengalami banjir paras buku lali, paling tinggi pun lutut, kerana takungan air yang tidak dapat mengalir lancar.

Puas berpusing di kawasan rumah sendiri, kadangkala kami menapak sehingga ke padang permainan. Cuba menggali tanah2 dan pasir dengan harapan ada air mata air yang keluar. Kami suka sangat! Air tersebut putih, jernih, membuak2 keluar dari tanah, kadang2 kami kautnya dengan tapak tangan, suakan ke mulut. Segar. Bertambah rancak kami menggalinya, dalam juga, dan kemudian melihat, biarkannya terus mengalir.

Selagi hujan tidak berhenti menitis, selagi itulah kami teruskan langkah kaki kami. Kali ini, padang bola jaring pula destinasi kami. Air lopak dalam rumput memenuhi kawasan. Itu tujuan kami. Menjejakkan kami dalam kawasan berair tersebut. Hehe... Mengigil usah cakap, memang sejuk. 

Bila adanya air yang berlopak dalam rumput, kami semua gemar mencari anak berudu. Tadpoles. Ya, anak berudu. Tak percaya ea? Hehe... Kami kumpulkan beberapa ekor anak berudu tersebut menggunakan dua belah tapak tangan masing2 sambil menakung air. Kadang2, kami kumpulkannya dalam bekas botol kaca  kemudian bawanya bersama pulang ke rumah.

Bila dah di bawa balik, bermulalah acara kejam kami. Saya sendiri tidak dapat mengingat siapa di antara kami bertindak 'kejam' begitu. Kami ketuk2 dengan anak batu, kami picit2 kepala berudu yang besar tu. Puas hati kami. Kami geram dengan anak2 berudu yang comel itu. (Huu.. Memang nakal sungguh, tak faham betul...)


Hari ini, saya terperasan sesuatu, hal yang sudah saya lupakan itu. Lopak air yang terbentuk depan rumah akibat kerap hujan kebelakangan ini mengundang banyak makhluk2 comel, bagi saya. Anak berudu itu galak sekali berenang2 di balik rumput dengan kumpulan 'adik-beradiknya' yang lain. Saya tersenyum! Tiba2 jadi kanak2 kembali, walaupun sendiri. Namun, tidak sampai tahap 'membunuh'. Sekadar memandang dan cuba menyentuhnya kembali bagai waktu dulu.

Hampir 15 tahun peristiwa tu berlalu. Teman2 yang dulunya pernah bermain bersama kini tidak lagi bersua muka, tidak lagi berkongsi bicara. Masing2 membawa hala tuju sendiri. Mungkin masing2 sudah pun ada yang bekerjaya, ada yang menyambung pengajian entah ke mana. Sepi. Arus moden hari ini, benar2 merubah generasi masa depan. Pastinya nostalgia begini tidak akan terulang. Baikkah atau sebaliknya? Wallahua'lam...

P/s: Dah lama sangat tak tengok berudu. Teringat juga pada minat pelik mengumpul ulat bulu yang berbagai-bagai jenis satu masa dahulu. Isk^^...
Baiti Jannati









 

10 November 2010

"KALAU ALLAH ITU BAIK, MENGAPA CIPTA NERAKA?"

Ini kisah benar... Kisah seorang gadis Melayu, beragama Islam, tapi cetek pengetahuan tentang agama. Ceritanya begini, di sebuah negeri yang melaksanakan dasar 'Membangun Bersama Islam', kerap kali pihak berkuasa tempatan menjalankan pemeriksaan mengejut di premis-premis perniagaan dan kompleks beli-belah, untuk memastikan para pekerja di premis berkenaan menutup aurat.

Saya tidak pasti berapa jumlah denda yang dikenakan sekiranya didapati melakukan kesalahan, tapi selalunya mereka akan diberi amaran bagi kesalahan pertama, dan didenda jika didapati masih enggan mematuhi garis panduan yang ditetapkan.

Lazimnya dalam setiap operasi sebegini, seorang ustaz ditugaskan bersama dengan para pegawai pihak berkuasa tempatan.

Tugasnya adalah untuk menyampaikan nasihat secara berhemah, kerana hukuman dan denda semata-mata tidak mampu memberi kesan yang mendalam.


Dalam satu insiden, ketika operasi yang dijalankan sekitar 2005, seorang gadis yang bekerja di salah satu lot premis perniagaan di  sebuah pasaraya  telah didapati melakukan kesalahan tidak menutup aurat. Maka dia pun kena denda. Setelah surat saman dihulurkan oleh pegawai PBT, ustaz ni pun bagi la nasihat, "Lepas ini diharap saudari insaf dan dapat mematuhi peraturan. Peraturan ni bukan semata-mata peraturan Majlis perbandaran, tapi menutup aurat ni termasuk perintah Allah. Ringkasnya, kalau taat segala perintah-Nya, pasti Dia akan membalas dengan nikmat di syurga. Kalau derhaka tidak mematuhi perintah-Nya, takut nanti tidak sempat bertaubat, bakal mendapat azab di neraka Allah. Tuhan Maha Penyayang, Dia sendiri tidak mahu kita campakkan diri ke dalam neraka."

Gadis tersebut yang dari awal mendiamkan diri, tiba-tiba membentak, "Kalau Tuhan tu betul-betul baik, kenapa buat neraka? Kenapa tidak sediakan syurga sahaja? Macam itu ke Tuhan Maha Penyayang?"

Mungkin dari tadi dia sudah panas telinga, tak tahan dengar nasihat ustaz. Sudah  la hati panas kena denda sebab dia tak pakai tudung.

Ustaz tu terkedu sekejap. Bahaya budak ni. Kalau dibiarkan boleh rosak akidah dia. Setelah habis gadis tu membebel, ustaz tu pun jawab: "Dik, kalau Tuhan tak buat neraka, saya tak jadi ustaz. Berapa sen sangat gaji saya sekarang. Baik saya jadi 'tokey' judi, atau bapa ayam. Hidup senang, lepas mati pun tak risau sebab gerenti masuk syurga. Mungkin awak ni pun saya boleh culik dan jual jadi pelacur. Kalau awak nak lari, saya bunuh je. Takpe, sebab neraka tak ada. Nanti kita berdua jumpa lagi kat syurga. Kan Tuhan tu baik?"

Gadis tu terkejut. Tergamak seorang ustaz cakap macam tu? Sedang dia terpinga-pinga dengan muka confused, ustaz tu pun jelaskan: "Perkara macam tadi akan berlaku kalau Tuhan hanya sediakan syurga. Orang baik, orang jahat, semua masuk syurga. Maka apa guna jadi orang baik? Jadi orang jahat lebih seronok. Manusia tak perlu lagi diuji sebab semua orang akan 'lulus' percuma. Pembunuh akan jumpa orang yang dibunuh dalam syurga. Perogol akan bertemu lagi dengan mangsa rogol di syurga. Selepas tu boleh rogol lagi kalau dia nak. Tak ada siapa yang terima hukuman. Sebab Tuhan itu 'baik'. Adakah Tuhan macam ni yang kita nak? Awak rasa, adil ke?" Tanya ustaz.

"Mana adil macam tu. Orang jahat takkan la terlepas macam tu je." Rungut si gadis.

Ustaz tersenyum dan menyoal lagi: "Bila Tuhan tak adil, boleh ke dianggap baik?"
Gadis tu terdiam.

Ustaz mengakhiri kata-katanya: "Adik, saya bagi nasihat ni kerana kasih sesama umat Islam. Allah itu Maha Penyayang, tapi Dia juga Maha Adil. Sebab tu neraka perlu wujud. Untuk menghukum hamba-hamba-Nya yang derhaka, yang menzalimi diri sendiri dan juga orang lain. Saya rasa awak dah faham sekarang. Kita sedang diuji di atas dunia ni. Jasad kita bahkan segala-galanya milik Allah, maka bukan hak kita untuk berpakaian sesuka hati kita. Ingatlah, semuanya dipinjamkan oleh-Nya, sebagai amanah dan ujian. Semoga kita dapat bersabar dalam mentaati segala perintah-Nya, untuk kebaikan diri kita juga."

sumber: web

08 November 2010

BERUNTUNGNYA...


Disebutkan bahwa Nabi Adam A.S telah berkata, "Sesungguhnya Allah S.W.T telah memberikan kepada umat Muhammad S.A.W empat kemuliaan yang tidak diberikan kepadaku:
 
1. Taubatku hanya diterima di kota Mekah, sementara taubat umat Nabi Muhammad S.A.W diterima di sebarang tempat oleh Allah S.W.T.

2. Pada mulanya aku berpakaian, tetapi apabila aku berbuat derhaka kepada Allah S.W.T. maka Allah S.W.T telah menjadikan aku telanjang. Umat Muhammad S.A.W. membuat derhaka dengan telanjang, tetapi Allah S.W.T. memberi mereka pakaian.

3. Ketika aku telah berderhaka kepada Allah S.W.T. maka Allah S.W.T. telah memisahkan aku dengan isteriku. Tetapi umat Muhammad S.A.W. berbuat derhaka, Allah S.W.T tidak memisahkan isteri mereka.

4. Memang benar aku telah derhaka kepada Allah S.W.T. dalam syurga dan aku dikeluarkan dari syurga, tetapi umat Muhammad S.A.W durhaka kepada Allah akan dimasukkan ke dalam syurga apabila mereka bertaubat kepada Allah S.A.W.

PERTANYAAN ITU SUDAH BERNOKTAH...

Bismillahirrahmanirrahim...

"Semua kerana cinta,
Yang pahit, manis dirasa...
Menghibur nestapa, merawat luka..."

Satu masa dulu, saya selalu tertanya2 bagaimana perasaan ini wujud. Bagaimana mampu untuk dua insan itu untuk saling mengenali, untuk saling mencintai. Bagaimana mereka itu membina keyakinan untuk sehidup semati bersama si dia pilihan hati. Pelik dan hairan melihat keberanian yang ada dalam diri mereka untuk meluahkan kata, menyatakan kepastian yang tersirat dalam jiwa.

Tidak lama. Tidak juga singkat. Saya mula menerima sedikit demi sedikit jawapan pada persoalan saya sendiri. Soalan yang sekian lama berlegar2 dalam kotak fikiran. Dan saya akur pada jawapan tersebut. Perasaan itu sudah ditakdirkan, ia menjadi satu fitrah semulajadi dalam kehidupan. Keperluan dan saling bergantungan antara satu sama lain.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar Ruum 30).

Tentang siapa pasangannya, Allah sendiri telah aturkan. Sejenak saya tersenyum kembali melihat pada persoalan2 yang saya kira agak 'tidak cerdik'. Soalan yang pernah saya pendamkan beberapa tahun lalu perlahan2 tertanam dan terkubur terus. Hilang dengan penjelasan yang nyata lagi terang. Sekali lagi tersenyum dan menggeleng2 sendirian... 

"Bukankah ajal, maut, jodoh dan rezeki itu dalam genggaman-Nya?"

Termenung. Merenung lama pada biru langit, hijau pepohon yang memenuhi ruang alam. Terasa suam air mata mula bertakung. Cepat2 diseka. (Isk3, malunya kalau orang tengok, jiwang terlebih budak ni=p)

Mula menghitung diri. Kata2 dari emak tadi sedikit mengundang cemburu di hati. Cuba mengaitkannya dengan satu situasi yang mungkin bila2 saja bakal terjadi kelak. Sekadar peringatan diri... 

"Bagaimana kiranya satu masa nanti bila hatiku benar2 suka pada seseorang itu, hatinya bukan lagi milik aku.?" 

Jari-jemari yang tadinya laju menekan aksara2 jiwa, tertegun, kaku. Cuba memikirkan jawapan sebaik mungkin dalam keadaan waras akal. Positif. Puas merenung segenap ruang yang terbina, akhirnya mendapat satu kepastian.

"Aku perlu biasakannya, tak selamanya seseorang itu akan jadi milik aku." 
 
"CINTA ITU PERKONGSIAN ASH, BUKAN SAHAJA ANTARA DUA HATI... SANGGUPKAH KAMU?"

Meyakinkan diri, meskipun bukan insan lain yang hadir menghiasi kamar hati milik si dia, si dia tetap juga kepunyaan orang lain. Hak milik ibu dan bapanya, hak milik kakak, abang serta adik2nya. Paling utama, dia juga makhluk pada Pencipta yang Agung. Justeru, mengapa hati ini harus cemburu pada pemilikan yang sementara cuma. Terasa sukar untuk mengukir senyum saat ini. 


Yang paling kukuh keimanan ialah berkawan kerana Allah,
Bermusuhan kerana Allah,
Bercinta kerana Allah dan
Membenci kerana Allah.
(Hadis Riwayat Tabarani dari Ibnu Abbas R.A)

Dahi berkerut2. Hanya dengan sedikit 'jentikan halus' dari Ilahi tadi sudah cukup mengusik rasa. Terasa diri rapuh dengan cubaan yang remeh tersebut. Perasaan cemburu yang mula bertakhta cuba menakluki ruang sanubari dikikis dan disingkirkan sebaik mungkin. Khuatir. Merosakkan hati. Sedang si dia belum dimiliki. Biar berpada, tidak ingin keterlaluan. Cukuplah hanya Dia yang tahu, hamba hanya perempuan biasa. Kuatkan hamba dan juga kalian... AMIN. Wallahualam...

"Jika seseorang hamba Allah menahan keinginannya dari sesuatu yang haram (kerana Allah) maka Allah akan memberikan sesuatu yang diingininya itu mengikut jalan yang halal..."

لم يُرَ للمتحبَين مثل النكاح
Maksudnya:" Tidaklah dilihat kepada dua orang yang sedang bercinta melainkan pernikahan."

P/s: Sesuatu dalam doaku, bahawasanya Dia lebih mengerti^^...
Antara sudut dan ruang.




































Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...